Wani Sabu: Tangkal Kejahatan Siber, Perlu Kolaborasi dengan Nasabah

0
3071

Executive Vice President Center of Digital BCA, Wani Sabu

Jakarta, Komite.id- Industri perbankan sangat rentan mendapat serangan siber mengingat industri ini menjadi tempat uang “berkumpul”. Para penjahat siber pun terus mencari celah keamanan untuk mengeksploitasi kelemahan sistem keamanan perbankan.

Umumnya para penjahat siber tidak akan menyerang sistem keamanan bank karena bank memiliki sistem keamanan yang canggih, berlapis dan sulit dibobol. Ancaman siber lainnya adalah malware dan social engineering yang memanfaatkan kelemahan nasabah.

Sebagai gantinya, hacker akan menyerang nasabah bank yang tidak semua memiliki kesadaran pentingnya keamanan. Misal, tidak semua pengguna yang meng-update sistem keamanan aplikasi perangkat smartphonenya dan menginstal anti virus. Para penjahat siber akan mengincar korban yang paling lemah yaitu nasabah. Nasabah adalah level paling lemah.

Karena itu, Executive Vice President (EVP) Center of Digital Bank Central Asia (BCA), Wani Sabu, mengatakan perlu ada kolaborasi antara perbankan dengan nasabah dalam menangkal kejahatan siber di dunia perbankan. BCA juga tak henti-hentinya mensosialisasikan nasabah melaui media sosial maupun platform manapun mengenai pentingnya menjaga data perbankan nasabah. Bank bertanggung jawab untuk menjaga keamanan penyimpanan di bank dan nasabah bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Misalnya, nasabah tidak memberikan kartu dan informasi penting kepada orang lain. “ Jadi harus sama-sama tahu keamanannya,” kata Wani. Perbankan juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang keamanan perbankan. “ Jadi, bank tidak hanya menjual produk, tetapi juga meyakinkan nasabah untuk cara pemakaian dan pemanfaatannya,” kata dia.

Menurut Wani, keamanan data nasabah masih perlu menjadi fokus perbankan guna melindungi setiap transaksi perbankan. Oleh karena itu, BCA bakal menerapkan pengamanan tambahan di setiap ATM dengan sistem alarm tambahan yang tersambung terhadap CCTV agar terus memantau transaksi yang mencurigakan di ATM. “Jadi nanti kalau ada yang mencurigakan di ATM ada alarm yang akan berbunyi untuk memberi peringatan,” kata Wani Sabu.

Meski begitu, pihaknya terus mengimbau kepada seluruh nasabah untuk menjaga data pribadinya salahsatunya menjaga nomor SIM Card yang terdaftar di mobile bangking. Selain itu, nasabah juga diimbau untuk menjaga PIN ATM dan kode OTP agar tidak diberikan kepada siapapun. “Nasabah juga jangan mudah panik, kalau ada kendala selalu ingat nomer costumer care bank,” tambah Wani.

Di sisi lain, Halo BCA telah berperan dalam memudahkan nasabah BCA dan publik untuk mengetahui informasi produk dan layanan yang dimiliki BCA sebagai solusi cepat dan tepat bagi para nasabah dalam memenuhi kebutuhan transaksi keuangannya. Hingga saat ini, Halo BCA telah terintegrasi dengan aplikasi Whatsapp, VIRA, dan BCA Webchat untuk dapat diakses di manapun, kapan pun, dan dengan saluran apapun baik online dan offline,” tambah Wani

Saat ini, kata Wani, pemaksimalan layanan terus dilakukan BCA. Pemicunya karena semakin banyaknya masyarakat yang mengajukan pembukaan rekening melalui call center, mobil banking, ataupun aplikasi Whatsapp. Hingga kini juga, nasabah baru yang membuka rekening melalui beberapa layanan itu mencapai 1 juta orang.

Di skala nasional, terdapat 2.400 operator layanan pembukaan rekening lewat aplikasi serta pemberi informasi milik BCA. Dan, data menyebut setiap hari ada 94 ribu orang mengakses call center serta aplikasi online BCA.

Menurut Wani Sabu, berkembangnya zaman membuat masyarakat lebih memilih mencari informasi perbankan atau membuka rekening secara online. “Baik call center serta chating banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengakses informasi perbankan, termasuk di BCA,” paparnya. (red)