Teknologi AI dari Keynote Presiden Singapura di Asia Tech X Singapura di Garden by the Bay

0
455

Jakarta, Komite.id – Menurut Tharman, Penyebaran AI & AGI pada tahap awalnya, seperti teknologi yang lain selalu sensasional (hype) & belum jelas arahnya, namun berkembang sangat pesat sekali, terutama AI, sehingga tidak terkejar oleh respon dari regulator dan kebijakan publik.

Presiden Tharman mengajak kita mulai dengan observasi yang luas dimulai dari Humanity (Kemanusiaan) dalam menentukan tujuan membuat regulasi, dimana kita sulit meninggalkan pasar hingga berharap pada hukum rimba.

Jika mengandalkan hukum rimba (liberal kapitalis) , maka kami akan membiarkan pemain yang kuat di pasar mendikte pasar, dari media tradisional, media sosial hingga peperangan. Namun apa yang dimaksud dengan mendapatkan regulasi yang benar? Kita tidak dapat secara realistis menetapkan bahwa AI hanya digunakan untuk analisa pengiriman barang. Hal ini dapat mengganggu proses inovasi AI, seperti melakukan moratorium terhadap semua potensi yang baik dari AI misalnya dalam penemuan ilmu kedokteran dan bidang lainnya.

Bagaimana membuat regulasi AI, yang dapat menciptakan perlindungan bagi masyarkat, namun sekaligus menghambat inovasi bagi industry. Apakah kita harus menunggu  sampai kita mendapatkan solusi sempurna di mana AI bermanfaat bagi manusia dan masyarakat?

Membuat Regulasi AI harus menjadi bagian dari hal yang mustahil, namun dapat dicapai, sebuah seni dari upaya mencari yang terbaik, dan hasil maksimal dari meregulasi AI. Untuk aplikasi yang lebih baik bagi Tenaga Kerja Manusia,  pengobatan penyakit yang lebih baik dan  mengatasi perubahan iklim dengan lebih efektif serta berusaha menghindari dampak buruk dunia AI terhadap masyarakat.

Kita juga harus meminimalkan risiko dari AI, yang tidak diinginkan, seperti pekerjaan yang mungkin akan digantikan oleh AI. Harus mencari pekerjaan baru, yang lebih baik dengan memberikan Pendidikan kepada masyarakat untuk  mengatasi misinformasi, membantu generasi muda.   Jadi mari kita berikan kerangka berpikir dalam membuat AI Governance untuk mendapatkan hasil maksimal dan menghindari hasil yang lebih buruk, mengingat alternatifnya adalah pemantauan menyeluruh yang berat.Apa yang kita lakukan sekarang terhadap perubahan iklim sangatlah penting. Kita tidak bisa menunggu hasil dari perkembangan generasi baru AI ini.  Kita tidak bisa menunggu sampai singularitas terjadi, ketika kecerdasan super AI sudah lebih canggih & pandai dari manusia.

Dimana mesin bisa bekerja lebih baik dari manusia, kita harus segera dapat menguasai AI & teknologi mulai dari saat ini. Bersamaan dengan perubahan iklim yang mungkin merupakan tantangan paling kompleks & penting bagi komunitas global & dengan konsekuensi  yang paling besar,  kita harus dapat memahaminya dengan benar atau salah.

Kita harus dapat mengatasi hype atau sensasional dan keputusan mengenai AI generatif yang akan memberikan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik.

Dunia yang aman bagi demokrasi bergantung pada apa yang kita lakukan sekarang, dengan bekerja untuk masyarakat pada umumnya, antara lain ilmuwan, insinyur, pembuat kebijakan publik, swasta perusahaan, pemimpin buruh untuk membentuk evolusi teknologi agar memberikan hasil maksimal & positif.

Poin kedua menganggap Tata Kelola AI pada akhirnya sebagai pendorong inovasi itu sendiri. Jika Anda membiarkan semuanya berlalu, tanpa Tata kelola AI, maka inovasi juga tidak akan berkelanjutan (Sustainable). Tata kelola merupakan faktor yang memungkinkan untuk memastikan kemajuan Teknologi & AI tetap dapat dipercaya & diterima oleh masyarakat, dan yang paling penting agar inovasi dapat berkelanjutan & aman bagi umat manusia.

Dengan panduan optimal & norma internasional dalam penggunaan AI, maka  Poin ke-3, Tata Kelola AI dapat tercapai melalui kerja sama & kolaborasi internasional.  Kita harus membangun koalisi yang luas untuk mencapai hal ini, tidak hanya dengan melibatkan negara terkemuka di mana model dasar AI sedang dibangun, tetapi juga negara-negara  kecil yang menggunakan AI untuk mendorong perekonomian seperti Singapura.

Kita harus dapat mengumpul kan sumber daya, manfaatkan keahlian dari setiap sumber daya untuk berkolaborasi menguji Large Langguage Model AI. Melakukan pemeringkatan & berkolaborasi untuk membentuk undang-undang yang dapat diterima secara luas,  meskipun variasi & perbedaannya diterima secara keseluruhan pada tataran internasional.

ITU harus dapat menjadi kontrol penting bagi para pengambil kebijakan dunia. Kita harus menemukan cara meskipun tugasnya sangat rumit?  Mendapatkan momentum di sekitar apa yang kita sedang lakukan.

Berkolaborasi karena kita tahu manfaatnya sangat besar dalam perawatan kesehatan, seperti diagnostik yang jauh lebih baik, menganalisis gambar medis untuk mencari anomaly. Dimana mungkin suatu hari nanti, Teknologi AI dapat menyembuhkan penyakit yang belum ada obatnya, misalnya kanker; Ketahanan Pangan misalnya menemukan kondisi tanah yang cocok untuk pertanian tanaman pangan;  Edukasi massal yang dipersonalisasi; Semakin canggihnya pembuatan spam dan serangan siber oleh peretas/hackers, mendorong  penggunaan AI untuk menghasilkan deteksi penipuan yang canggih, deteksi pelaku kejahatan menjadi sebuah prioritas. Dalam hal lowongan pekerjaan, akademis sedang memperdebatkan ketidakpastian apakah akan ada lebih banyak pekerjaan yang digantikan oleh AI atau lebih banyak pekerjaan yang akan didukung oleh AI (Augmented AI).

Buruh & pekerja yang memiliki keterampilan sedang,  perlu mengembangkan keterampilan baru atau keterampilan ulang agar dapat survive revolusi AI. Konsumsi energi/ perubahan iklim dapat merusak rencana penggunaan energi jangka panjang.

Masalah kepercayaan sosial. AI dapat memperkuat perilaku yang berbahaya. AI bukanlah penyebabnya, namun hal yang lebih buruk dapat terjadi, jika kita  tidak berbuat apa apa, namun menyerahkannya pada hukum rimba Tentang Keamanan Siber. Risiko teknologi AI yang berbahaya seperti Embedded (tertanam) dalam sistem senjata atau  pengawasan nasional, Tidak ada negara yang ingin melihat negara lain bermasalah dengan AI.