Jakarta, Komite.id – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) melalui Telkomsat dan SpaceX, perusahaan penerbangan luar angkasa milik Elon Musk, berkolaborasi menghadirkan layanan bernama VSAT Star, layanan sistem komunikasi berbasis satelit orbit rendah (LEO) Starlink.

Produk ini dapat menghadirkan internet dengan kecepatan 500 Mbps per titik.

Pada Juni 2023, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memberikan Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) kepada Telkomsat. Starlink pun akan digunakan untuk keperluan layanan backhaul Telkom Group.

Direktur Wholesale & International Service Telkom Indonesia Bogi Witjaksono menjelaskan sejatinya layanan Starlink sudah masuk ke Indonesia, tetapi masih terbatas.

Memang layanan Starlink baru bisa dinikmati oleh Internet Service Provider (ISP). Namun Bogi mengungkapkan ada peluang layanan unit bisnis SpaceX ini akan turun ke masyarakat.

“Sekarang ini, Starlink akan mulai bersama kami untuk masuk ke konsumer atau ke pelanggan,” jelas di sela-sela konferensi pers Bali Annual Telkom International Conference (BATIC), Selasa (5/6).

Telkom sendiri sudah membangun sembilan gateway yang tersebar di seluruh Indonesia. Bogi bilang semua terminal Starlink itu akan masuk ke gateway telah telah dibangun TLKM.

Produk ini belum diperkenalkan secara resmi, namun sudah nampak di laman resmi Telkomsat. VSAT Star sendiri membidik dua pasar yaitu pasar daratan dan maritim atau kapal-kapal besar di laut lepas.

Untuk segmen darat, VSAT Star menjadi jaringan seluler backhaul yang menghubungkan radio access network (RAN) seperti BTS/nodeB/eNode ke jaringan inti atau Core Network operator seluler.

Dengan VSAT Star, operator tidak perlu menggelar serat optik yang panjang untuk terhubung ke daerah terpencil, dengan ongkos yang lebih murah dan waktu penggelaran yang lebih cepat.

Jaringan internet backhaul juga dapat menghubungkan jaringan pelanggan dengan jaringan internet milik penyedia layanan internet.

Tidak hanya itu, VSAT Star juga dapat digunakan untuk jaringan private backhaul yang menghubugkan jairngan kantor cabang dengan jaringan kantor pusat.

VSA Star sendiri memiliki keunggulan seperti latensi rendah setara dengan serat optik, aktivasi layanan sangat cepat, tingkat keandalan tinggi, service level agreement di atas 99 persen, dan tingkat keamanan dengan teknologi enskripsi AES 128.

Telkomsat mengeklaim bahwa VSAT Star dapat memberikan layanan data dengan kecepatan hingga 500 Mbps per titik. Selain itu, instalasi antena juga mudah karena dimensinya ringan dan kecil, dengan diameter hanya 60 cm dan berat 5 kg.

Sementara itu untuk VSAT STAR Maritim, difokuskan untuk memberikan layanan kepada pelanggan di wilayah maritim dengan jaringan utama (core network). Memiliki kemampuan memberikan layanan backhaul connectivity dengan latency rendah, throughput tinggi, SLA tinggi.

VSAT Star maritim juga dapat berperan sebagai jaringan hot backup yang berfungsi untuk sistem redundansi apabila jaringan utama mengalami gangguan.

Sebelumnya, terdengar kabar bahwa harga langganan internet Starlink ini berkisar Rp2-3 juta per bulan.

Direktur Wholesale & International Service Telkom Indonesia Bogi Witjaksono mengatakan bahwa mahalnya tarif langganan ini dikarenakan internet Starlink mengandalkan teknologi dari kecanggihan dari satelit. Namun Bogi mengaku masyarakat tak perlu terbebani dengan hal ini.

“Pilihan aja itu, sesuatu yang tidak perlu ditakutkan menurut saya pribadi. Semuanya sudah ada segmen-segmen,” ujar Bogi.

Dibandingkan dengan penyedia Internet satelit pesaing seperti GEO, Starlink menawarkan akses Internet yang jauh lebih cepat, terutama karena satelitnya lebih dekat  dengan permukaan bumi.

Dengan paket kecepatan unduh berkisar antara 50 hingga 500 Mbps dan kecepatan unggah dari 10 hingga 20 Mbps, Starlink telah mengukir jalan kecil bagi pengguna internet di daerah terpencil.

Latensinya juga tidak buruk, antara 25 dan 50 milidetik, yang membuatnya berada dalam kisaran kecepatan dan latensi yang diharapkan dari koneksi internet kabel tembaga pada umumnya.

Starlink juga tidak memiliki batasan data dan menawarkan data tak terbatas untuk sementara waktu, hingga memberlakukan batasan 1 TB pada semua paketnya karena penggunaan wajar.

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Robertus Yanuar mengatakan kerja sama Telkom dengan Starlink akan memperkuat posisi TLKM di Indonesia. Terlebih, TLKM telah menawarkan produk MangoStar dan VSat Star yang menggunakan teknologi dan perangkat Starlink.

Selain menjadi katalis bagi Telkom, penjualan produk hasil kemitraan dengan Starlink bisa menjadi mesin pencetak uang baru. Jika TLKM berhasil terjun ke masyarakat, Robertus menilai akselerasi koneksi broadband ke masyarakat akan lebih cepat.

“Kemitraan Telkom dengan Starlink juga bisa mempercepat akselerasi koneksi broadband ke masyarakat yang lebih luas,” ujar Robertus, Rabu (6/9).

Sementara, Mirae Asset Sekuritas menyematkan rekomendasi trading buy TLKM dengan target harga di Rp 4.350. Menurut Robertus, saham anak usaha TLKM, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) juga mencari dicermati.

Untuk saham Mitratel, Mirae Asset Sekuritas juga merekomendasikan trading buy MTEL dengan target harga di Rp 890. Hingga akhir perdagangan Rabu (6/9), MTEL parkir di level Rp 760. Sementara TLKM ditutup menguat 1,34% ke level Rp 3.790.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.