Jakarta,Komite.id – Presiden ASEAN Chinese Youth Association (ACYA), Helga Tjam Abraham, menekankan pentingnya penguasaan digital marketing sebagai motor utama dalam pembangunan ekonomi digital, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Hal ini disampaikannya dalam seminar bertema “Revolution: Merging Marketing, Technology & Digital Innovation” yang digelar di Sekretariat ACYA, Mega Glodok Kemayoran, Jakarta Pusat.
Seminar tersebut juga mengangkat subtema “Unlocking Digital Frontiers: A Sneak Peek for Indonesia’s Trailblazers!”dan diikuti oleh lebih dari 35 peserta dari kalangan anggota ACYA, pelaku usaha rintisan, hingga profesional muda yang tengah berkecimpung dalam dunia bisnis digital.
Dalam paparannya, Helga menegaskan bahwa digital marketing memiliki peran strategis dalam memperluas jangkauan bisnis hingga menembus pasar global, tanpa batasan geografis.
“Digital marketing bukan hanya bermanfaat bagi influencer, tetapi sangat penting bagi para pelaku bisnis untuk mengembangkan usaha hingga ke pasar internasional,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa pemanfaatan teknologi digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern, sehingga penguasaan digital marketing menjadi kunci untuk bertahan dan tumbuh dalam persaingan global yang semakin ketat.
“Digital bukan hanya soal teknologi, tetapi soal bagaimana kita membawa produk lokal ke panggung internasional. Itulah sebabnya pemahaman dan penguasaan digital marketing sangat krusial saat ini,” tambahnya.
ACYA menghadirkan tiga pembicara ahli dari Malaysia yang berbagi wawasan dan pengalaman dalam berbagai aspek digital marketing:
- Sylvia Tan, CEO dan pendiri The FAME, membahas strategi merek, pemasaran influencer, dan pembangunan komunitas digital yang kuat.
- Matthew Wong, Managing Director dan Co-Founder Unravel Digital Marketing, menjelaskan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam strategi konten dan pertumbuhan bisnis.
- Lien Teng Hai, pendiri LTH Business Consultancy Sdn Bhd, memaparkan tantangan transformasi digital bagi pelaku UMKM melalui studi kasus nyata.
Ketiganya sepakat bahwa penguasaan digital marketing merupakan fondasi penting untuk meningkatkan efisiensi bisnis sekaligus memperkuat daya saing perusahaan.
Linda Tee, anggota Dewan Pakar Asian Youth Malaysia, turut hadir dan menyatakan bahwa digitalisasi bukan hanya alat, melainkan fondasi baru dalam strategi sosial ekonomi generasi muda.
“Kolaborasi lintas negara seperti ini adalah langkah konkret agar pemuda ASEAN tidak tertinggal dalam gelombang transformasi digital,” ujar Linda.
Helga juga mengungkapkan harapannya agar acara ini menjadi ruang strategis bagi para pionir muda Indonesia untuk berinovasi, membangun jejaring regional, dan berkontribusi aktif dalam pertumbuhan ekonomi digital nasional.
“Saya berharap generasi muda yang tergabung dalam ACYA maupun komunitas lain dapat terus bereksplorasi dan menjadi pelopor dalam dunia digital,” tutup Helga, didampingi jajaran Dewan Penyantun dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) yang turut hadir dalam acara tersebut.