Jakarta, Komite.id – ABDI sukses menyelenggarakan Day 1 Summit Next GenAI 2025 dengan tema DataSecurAI 2025; Satu Data Indonesia (SDI) 2025; & GovTechAI 2025 pada tanggal 28 October 2025 di Hall A1 JIEXPO. Seperti yang sudah sudah, banyak pembicara high level Pemerintah dan Enterprise yang hadir antara lain: MC mengawali dengan memperingati Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 October 2025 sebelum menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hampir seabad, tepatnya 97 tahun yang lalu, pemuda-pemudi dari seluruh penjuru nusantara berikrar untuk Satu Visi: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Mereka para founder bangsa ini adalah innovator dan disruptor pada zamannya, yang berani memimpikan sebuah Indonesia yang bersatu sebagai harga mati.
Kini, semangat itu terus kita warisi dalam Summit ini pada era Digital dan AI. Di era digital ini, kita adalah pemuda-pemudi masa kini yang memegang obor estafet Sumpah Pemuda. Jika dulu mereka bersatu untuk kemerdekaan politik, kini tugas kita adalah bersatu untuk kedaulatan data, kemandirian teknologi, dan kemajuan AI bagi bangsa.
Mari kita jadikan semangat Sumpah Pemuda sebagai api yang membakar inovasi kita di summit ini.
Untuk mengawali acara dengan penuh semangat kebangsaan dan menghormati jasa para Pahlawan dan Pemuda Indonesia, kita berdiri dengan sikap hormat dan bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan, Indonesia Raya. Begitu prosesi mengawali Opening Remark Chairman ABDI.
Dilanjutkan dengan Keynote Speakers: Dr Ir Ismail, Sekjen Kementrian Komdigi diwakili oleh Bapak Oki Suryo-wahono, Kepala Pusat Kebijjakan Strategis, KemenKomdigi berbicara mengenai Road Map AI dan bagaimana Komdigi mengatur dan mendorong Emerging Technologies seperti AI, Data Science, CyberSecurity, Data Infrastructure (Data Center & Clouds), Crypto hingga Quantum Computing; Dini Maghfirra, Executive Director Satu Data Indonesia (SDI) membahas bagaimana status Data Integrity dan Data Interopability sehingga dapat dimanfaatkan oleh AI; Ibu Filianingsih Hendarta, Deputi Gubernur, Bank Indonesia membahas mengenai digital transformasi di BI dan dunia Finasial serta QRIS yang Go Global; Keynote Bapak Armand Hartono, diwakili oleh Bapak Ferdinan Marlin, SVP BCA sebagai Pendukung Utama dan Sponsor utama Event ABDI sejak 2019 membahas mengenai aplikasi LLM dan Agentic AI didunia Perbankan; Keynote Dr Pratama Persadha, Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSREC membahas Kedaulatan Data & AI serta Peranan Lembaga PDP dan Pejabat PDP.; Dilanjutkan dengan Keynote Bapak Arief Pribadi, Technical Director, Nutanix Indonesia. Dan Keynote Bapak Fardy Umar, Solusi Architect, Dell Indonesia memberi solusi Infrastruktur AI, GPU Server untuk menunjang AI.
Panel Discussion Day 1 dengan moderator Dr Rudi Rusdiah MA dari ABDI bersama 4 panelist: Suwardiman S.Kom., M.Kom – Founder & CEO 28byte (PT INDOBYTE SOLUSI DIGITAL TEKNOLOGI); Adhitya Bhaswara, Ph.d – VP Data Management Bank Central Asia; Sahdam Husen – Sr Sytem Engineer Nutanix Indonesia; Fardy Umar – Solution Architect Dell Technologies
Dilanjutkan pada sesi Panel Discussion oleh Panelist Pertama,  Adhitya Bhaswara, VP Data Manajemen, Bank BCA  berbicara tentang: (1). Bagaimana sektor Perbankan menerapkan AI Governance & bagaimana positioning AI Security di dalam AI Governance?, (2). Agentic AI, bagaimana perkembangan dan penggunaan framework ini di sektor perbankan?, (3)  Trend dalam penerapan AI di perbankan Indonesia 3 tahun kedepan?;  Dilanjutkan oleh pak Sahdam Husen juga dari Nutanix membahas terkait:;   (1) Orgranisasi yang sudah memiliki bisnis use case & berrencana untuk membangun AI solution, dari manakah mereka bisa memulai nya?, (2) Solusi apa yang ditawarkan Nutanix untuk mendukung inisiatif Business AI ?; (3) Paket atau layanan apa saja yang tersedia dari Nutanix untuk AI?, (4). Bagaimana Nutanix menjaga keamanan data dalam lingkungan AI dan multi-cloud?  Penerapan LLM & Agentic AI memanfaatkan teknologi KeynoteNutanix; dilanjutkan oleh pak Sahdam Husen juga dari Nutanix ; Bapak Fardy Umar, Solusi Architect, Dell Indonesia diskusi tentang: (1)  Apa tantangan yang biasa ditemukan saat memulai journey AI, khusus nya pov Infra, (2).Sepenting apa persiapan data (Data Preparation) saat memulai journey AI, (3).  Bagaimana tantangan security dalam penerapan AI, (4).  Saat sudah beroperasi dengan baik, apakah ada tantangan selanjutnya dalam pengelolaan?; Last but not least, Panelist  Bapak Suwardiman, Founder & CEO PT Indobyte Solusi Digital berbicara tentang: (1).Bagaimana pengalaman sebagai CEO Indobyte28  membangun AI Agents di Indonesia, dan bagaimana peran proyek seperti Smart Road Pengawas Kerusakan Jalan Berbasis AI dan Smart Utility E-Trike dalam konteks tersebut?, (2). Bagaimana memandang aspek etika dalam pengembangan AI di Indonesia, khususnya untuk sistem generatif dan otonom seperti Smart Road Pengawas Kerusakan Jalan Berbasis AI ini?, (3). Generative AI banyak membuat data sintetik, teks & gambar, namun Indobyte membawa konsep AI ke ranah fisik. Bagaimana cara membangun integrasi AI generatif dengan sistem dunia nyata (ABDI menyebutnya physical AI) ?, (4) Kolaborasi antar industri dan pemerintah dalam memperkuat ekosistem AI yang beretika dan berdampak nyata?
Day 1 Opening Remark ABDI
Opening Remak ABDI menjelaskan mengenai bagaimana masifnya perkembangan Big Data, yang dilanjutkan secara ekponensial oleh Synthetic data yang dihasilkan mulai dari LLM AI & Generative AI yang semakin massif.
Phase 1 era Big Data: Melihat Pertumbuhan Volume Data di Dunia & Indonesia pada Era Big Data(2010-2023) sebagai berikut:
- 2010: Total data digital global ≈ 2 zettabyte (ZB)
 - 2020: Volume Data digital yang dibuat oleh manusia naik sangat tajam menadi sekitar 64 ZB artinya dalam 15 tahun sejak 2010, volume data pada era Big Data naik 90 kali.
 
Di Indonesia: Volume Big Data 2023 lebih dari 20 ExaByte (EB) pertahun , tumbuh rata rata 25-30% pertahun (Pertumbuhan Data di Indonesia lebih tinggi dari pertumbuhan PDB Indonesia). Volume Big Data 2025 (diperkirakan IDC) mencapai 175 ZB.
Namun memasuki era AI, pada tahan II LLM AI pertumbuhan data semakin meningkat pesat dibandingkan era Big Data, karena adanya Data Synthetic yang diproduksi oleh Mesin AI seperti ChatGPT, Gemini & DeepSeek.
Phase 2 era AI: Estimasi Pertumbuhan Volume Data Global & Indonesia era AI (2020-2030): Synthetic data (teks, gambar, audio, simulasi, digital twin) akan capai 60–70% total data baru pada 2030 (Gartner). Diperkirakan bahwa jumlah Volume Synthetic Data yang dihasilkan oleh Mesin AI melebihi volume Data Digital yang dihasilkan oleh manusia, sehingga pada Day 2 ketika berbicara mengenai Governance (Tata Kelola) akan melihat juga sisi negative dari perkembangan Data Synthetic yang luar biasa ini.
Melihat Sejarah perkembangan AI mulai dari era IT (Information Technology):
Transformasi digital: Pada tahap ini, Mesin atau disebut Komputer menjalankan Robotics Process Automation (RPA) focus pada IT automation, menjalankan Tugas Repetitive & alur kerja yang monoton alias di Programable. Jadi pada tahap ini tidak ada hasil atau output yang baru atau unik yang dihasilkan oleh Proses RPA atau Komputer, disebut Era IT & Software(S/W) Programming, beberapa aplikasi RPA misalnya robotic di sebuah Pabrik misalnya PT Astra Honda Motor atau berbagai aplikasi S/W perkantoran seperti General Ledger/ Accounting.
Bagaimana hubungan antara Big Data & AI, analoginya seperti pada gambar sebuah mobil
Generasi (Gen) I: Tahap ini disebut Tradisional AI dikenal sebagai Narrow AI atau Specific AI. AI lahir pada tahun 1956 & sejak lahir hingga tahun 2000 mengalami AI Winter, dimana AI tidak bisa tumbuh karena tidak tersedianya Big Data dan kurangnya processing power (CPU) hingga tahun 2000. Sejak tahun 2000 AI mulai tumbuh dan berkembang pesat disebut sebagai AI Summer (2000-2015). Dengan algoritma Rule based & Symbolic Logic, AI memberikan manfaat dalam kategori Narrow & Specific, mulai dengan M/L (Machine Learning) pada aplikasi khusus/ spesifik misalnya Deteksi anomali penipuan diPerbankan. NLP (Natural Language Processing) Chatbot AI seperti Manusia masih berkomunikasi dengan keywords & format khusus. Munculnya Aplikasi khusus AI yang digunakan misalnya Gojek/ Bluebird dan banyak enterprise seperti ecommerce, perbankan, sosial media antara lain Meta, Microsoft & Google memanfaatkan traditional / Narrow AI.
Generasi II AI: LLM & GPT 2015-2025: Dimulainya D/L (Deep Learning) memanfaatkan data pelatihan dengan volume yang sangat massif, menghasilkan Generative AI (GenAI): Pada tahap ini, Mesin AI mulai mampu Generate Content2 baru & mulai berkembang sangat pesatnya Synthetic Data yang luar biasa masif. Dari input token (teks, image, audio) dalam jumlah besar (LLM)tersebut, dihasilkan output token oleh Model AI seperti ChatGPT, Gemini, DeepSeek, disebut oleh Jensen Huang sebagai Personal Assistant /Tutor yang mendunia. Pada tahap ini AI dapat berkomunikasi bebas dengan manusia seperti diskusi antar manusia dalam berbagai Bahasa. Sehingga muncul mesin AI Translation yang dapat berkomunikasi menterjemahkan secara real time dengan manusia dalam banyak Bahasa misalnya Jawa, Bahasa Indonesia dan lain lain. Google Translate mendukung 110 lebih bahasa dalam versi webnya, dengan aplikasi selulernya mendukung 249 bahasa. Jumlah bahasa yang tersedia terus berkembang, termasuk bahasa-bahasa daerah di Indonesia seperti Aceh, Batawi, dan Minang.
Generasi III Agentic AI 2025-2030: AI dapat berfungsi sebagai Agent yang dapat membuat Keputusan/ Action yang otonom dan mandiri. Disebuah pabrik, AI Agent ini dapat berfungsi sebagai pekerja pabrik atau mengerjakan suatu proyek mandiri bersama manusia, sehingga nantinya akan ada eHRD (Human Resource Development) khusus menangani AI Agent ini seperti HRD untuk manusia. AI menjadi semakin Smart dan Otonom Personal Assistant, dapat berkolaborasi antar Agent atau Manusia. Autonomous Vehicles termasuk golongan AI Agent yang lebih canggih dan otonom membantu manusia menjalankan EV (electronics vehicle). Agentic AI diperkirakan akan tumbuh pesat di Asia Pacific mencapai Rp 520 T(2028) dan didukung oleh Platform serta Infrastruktur misalnya Accelerate Computing atau HPC ( High Performance Computing) senilai Rp 487T, dimulai 2025 hingga 2027.
Generasi IV: Era Physical AI dimana AI memiliki fisik atau bentuk apakah meniru sebagai bentuk manusia alias humanoid atau seekor anjing (Robodog AI), ketika meniru bentuk manusia dikenal dengan Embodied AI atau Humanoid Robot yang mulai memiliki Environment Awareness (Virtual AI) bukan saja memiliki perseksi seperti pada tahap Persepsi AI pada tahap Gen I. Perkembangan selanjutnya semakin sulit diprediksi ketika AI berkembang dari Narrow AI (Gen I) menuju ke AGI(General AI GenIII & IV) hingga ASI(Super AI Humanoid) ketika AI mencapai suatu kondisi yang disebut Age of Singularity (atau AI sudah berkemampuan melebihi manusia ? Apakah kita akan mencapai tahap Singularity ini dalam 15-30 tahun kedepan atau entah kapan seperti dalam film Sci Fi seperti The Terminator misalnya. Que Sera Sera. What will be, will be
Geopolitic : Singapore Quantum &Taiwan GPU è Strategy bangun AI SuperComputer
Bagaimana Geopolitik Perang dominasi Teknologi pada ranah Accelerating Computing HPC antara Singapura dan Taiwan. Pertanyaanya, bagaimana dengan Indonesia dan negara Asean lainnya, dimana Malaysia juga sudah mulai mengejar ketinggalannya dengan Singapura.
Peranan Teknologi Infrastruktur HPC (High Performance Computing) atau ACP (Accelerating Computing Power) sangat dibutuhkan untuk mendukung Evolusi Generative AI, khususnya ACP membangun SuperComputer mendukung Revolusi AI.
Strategi Singapura dengan mengembangkan Quantum Computing untuk melakukan leapfrog dengan dana R&D yang sangat besar untuk riset Quantum Computing. MAS (Monetary Authority Singapura) alias OJK nya Singapura memberikan grant besar untuk riset Quantum, karena memprediksi ancaman Quantum Computing yang pasti akan mengancam Encryption seperti RSA AES yang digunakan dunia Perbankan untuk melindungi Data Financial, apalagi Blockchain dan Crypto (graphy).
Meski Taiwan juga tetap waspada mengikuti Quantum Computing, namun strategi Taiwan tetap konsisten fokus pada Industri Manufacture IT & AI Chip (TSMC) yang memang terbesar didunia, menggunakan teknologi khusus dari ASML, perusahaan multinasional Belanda yang merupakan produsen terkemuka dan satu-satunya pemasok mesin fotolitografi ultraviolet ekstrem (EUV) canggih yang sangat penting untuk produksi mikrochip modern. Hanya dengan fotolitografi EUV dari ASML yang membuat pabrik chip dunia seperti TSMC atau Samsung membuat chip super micro dengan ukuran 5 nm (5 nanometer). Dalam geopolitik AS & China, maka AS melarang (banned) ekspor teknologi AI Nvidia ke China dan juga melarang ekspor produk foto litografi EUV ke China, sehingga China membalas dengan melarang ekspor Rare Earth Mineral (REM) dari China ke AS, dimana REM ini digunakan sebagai bahan penting produksi chipset AI dan persenjataan canggih antara lain rudal, pesawat siluman dll . Tit for Tat istilahnya.
TSMC mengajak Jensen Huang CEO NVIDIA membangun HPC Super Chip /Computer & AI Factory, dng strategi menjual GPU keseluruh dunia, kecuali Tiongkok untuk mendukung Revolusi AI. China sendiri harus mengembangkan atau reverse engineering mesin foto litografi dan menggunakan perusahaan ASCEND Huawei untuk mengembangkan chipset AI nya menggantikan produk NVIDIA yang di banned oleh AS. Yang kontroversial adalah Belanda menutup perusahaan Nexperia, milik China namun tanpa disadari perusahaan Nexperia ini memproduksi chipset untuk industry mobil dan high-tech Eropa, sehingga membuat chaos supply chain chipset di EU.
Strategi Indonesia mendorong Stranas AI & Road Map AI) & Majoritas Asean membangun dan sebagai Pengguna Aplikasi AI Gen 2 LLM & Agentic AI buatan NVIDIA ini serta membangun kedaulatan AI Data Centre (DC) di NKRI, sehingga tidak perlu memproses AI di luar negeri. Banyak sekali perusahaan DC dari AS yang masuk ke Indonesia seperti AWS, Google, Microsoft dll.
Strategi Nvidia: Berkolaborasi dengan SoftBank, Japan membangun AI DC Global. Berkolaborasi dengan Lintas Arta mendorong GPU Merdeka, Juga dengan Meta, Microsoft Azure, AWS menginvestasi GPU SuperChip/ Supercomputer, sedangkan Google mengembangkan processornya sendiri yaitu TPU menggunakan pabrik TSMC untuk proses manufacturing chipset seperti halnya NVIDIA.
Future Data Center (DC) dengan GPU (HPC) hasilkan AI Token
NVIDIA mempromosikan trend : AI GPU DC memanfaatkan GPU sebagai sebuah Keniscayaan, dimana trend kedepan AI DC dilengkapi dengan (GPU) akan menggantikan Tradisional DC yang hanya dengan (CPU). Mengapa terjadi trend semacam ini ?
Mari kita benchmarking DC yang investasi CPU Server vs. DC yang investasi GPU Server di era AI:
Pertama, sebuah DC konvensional dengan CPU investasi $10 juta dan memperoleh 960 CPU Server, yang dapat digunakan untuk memproses & melatih hanya 1 unit output LLM AI, namun membutuh enerji sebesar 11 GWh.
Kedua, sebuah AI DC menggunakan GPU investasi $10 juta dan memperoleh 48 GPU Server, yang dapat menghasilkan 44 unit LLM AI, artinya dibandingkan dengan DC Konvensional, maka kinerja AI DC dengan GPU memiliki kinerja 44 X (4400%) dibandingkan DC konvensional dan menggunakan enerji sebesar 3.2 GWh
Itulah sebabnya untuk DC masa depan, merupakan sebuah keniscayaan untuk investasi GPU Server menggantikan CPU Server. Alasan Jensen: Kita berada di garis depan transformasi menuju AI Data Center dengan GPU, Generative LLM AI, Agentic AI & Accelerating Computing (ACC) atau HPC (High Perfornance Computing.
Perhitungan yang lain: (1). Jika sebuah AI DC dengan GPU Server mengkonsumsi Power DC 11 GWph (V2) oleh 172 GPU, maka akan menghasilkan 150 unit LLM AI dengan investasi $34 juta; (2). Jika sebuah AI DC dengan GPU Server harus menghasilkan output 1 LLM AI, maka hanya dibutuh kan investasi $400,000 memperoleh 2 GPU dan menggunakan enerji hanya 0.13GWh (sangat hemat).
Sebuah AI Data Center dalam sebuah container sehingga sangat mobile dan dapat dipindahkan dengan mudah, namun harus disiapkan fasilitas listriknya dan lokasinya.
NVIDIA Raksasa GraceHopper GH200 SuperComputer dengan AI DC on Chip
Sebuah Nvidia GraceHopper GB200 Superchip memiliki 200 Miliar transistors, plus 1 TB ECC memory, harga dari satu SuperChip GB200 ini fantastis $ 35,000 atau Rp 500 juta/unit chip direlis tahun 2024. Saat ini tentu sudah komersial dan full production, menciptakan sebuah AI Factory on a Chip (bukan lagi on a DC or on a PC); Grace Hopper GH200 ini mampu melakukan komputasi LLM AI inference dengan 60 miliar parameter, artinya sangat massif untuk digunakan ChatGPT, Deepseek, sedangkan Google memanfaatkan TPU (Tensor Processing Unit), karena sudah tidak mungkin di proses dengan CPU tercanggih saat ini.
Sebuah Nvidia DGX GH200 Super Computer Server dapat menampung 256 SuperChip GB200), sehingga processing power nya dapat mencapai 1 ExaFLOPS, setara perhitungan system komputasi dari sebuah SuperKomp tercepat di dunia seperti CRAY, IBM & China SuperComputer misalnya untuk melakukan processing masif Deep Learning (D/L) dengan miliaran token & parameter. NVIDIA DGX GH200 merupakan HPC (High Performance Computing), sebuah last frontier dari Revolusi AI didunia saat ini menunggu hadirnya Quantum Computer yang belum ready commercial seperti GPU.
Meta & Microsoft dan banyak raksasa seperti Palentir Technology sudah memesan Monster Grace Hopper DGX GH200 ini untuk AI DC / Factory mereka. Google memilih tidak menggunakan NVIDIA, namun mengembangkan sendiri Processor TPU (Tensor Processing Unit) juga memanfaatkan pabrik chipset yang sama dengan NVIDIA, yaitu TSMC, Taiwan. Mungkin khawatir ketergantungan dan dominasi NVIDIA GPU, Google membuat GPU sendiri dengan TSMC, dikenal dengan nama TPU bersaing dengan NVIDIA GPU
Negara2 berlomba lomba mencapai processing 1 ExaFLOPS transformer engine dengan berbagai model Super Computer, GPU Server & Quantum.
Day 1 Summit juga menggelar Opening Ceremony Day 1 dan Soft Book Launching Day 1 di JI Expo Hall 1A.
Opening Ceremony Day 1 bersama Komdigi, Direktur TVRI, Bank BCA, Dell Indonesia, Nutanix, Indobyte28, Bapak Abraham, SimplyWellness, Ketum Mastel dan rekan rekan dari komunitas dan pakar ABDI.
Soft launching Buku ABDI Day 1 bersama para Penulis Day 1 onsite di JI Expo & online bagi peserta dari luar negeri.
Panel Discussion Day 1 dengan moderator Dr Rudi Rusdiah MA dari ABDI bersama 4 panelist: Suwardiman S.Kom., M.Kom – Founder & CEO 28byte (PT INDOBYTE SOLUSI DIGITAL TEKNOLOGI); Adhitya Bhaswara, Ph.d – VP Data Management Bank Central Asia; Sahdam Husen – Sr Sytem Engineer Nutanix Indonesia; Fardy Umar – Solution Architect Dell Technologies.
            
		
















