ABDI Gelar DataSecureAI Summit 2020

0
1876

Jakarta, Komite.id- Asosiasi Big Data & AI (ABDI) sebagai salah satu stakeholder Big Data dan Artificial Intelligence (AI) di Indonesia terus mendorong implementasi AI, Big Data, dan Analytics di Indonesia melalui kolaborasi antar stakeholder.

Ketua Umum ABDI, Rudi Rusdiah berharap Indonesia bisa lebih memasyarakatkan AI kepada seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah. “Melalui acara DataSecurAI 2020 ini,  kami ingin menjalin kerja sama serta kolaborasi dengan  sejumlah  kementerian dan lembaga untuk implementasi dan pemanfaatan AI di Indonesia.”

DataSecurAI 2020 merupakan acara Summit terbesar di awal tahun 2020 yang membahas tentang AI, Data Analytics, Cyber Security, Clouds & Fintech.  “Jika DataGovAI tahun lalu, mengundang Global, Regional, Domestik Speakers dari 14 negara lebih, maka karena adanya CoVID 19, Data SecurAI 2020 menghadirkan 99% pembicara Domestik dari Indonesia, khususnya Jakarta agar menjadi aman dan mudah bagi para peserta dan pembicara,” tegas  Rudi Rusdiah.

“Dunia sedang memasuki perubahan global yang sangat besar karena ledakan Internet dan Data dan juga meningkatnya peranan AI, yang mungkin sangat bermanfaat sekaligus mengganggu, mendisrupsi dan mengubah hidup kita, perusahaan bahkan Pemerintah,” tambah Rudi Rusdiah.

Lebih lanjut Rudi  menilai perkembangan AI di Indonesia sudah bagus walaupun masih terbatas pada sektor tertentu. Ia berani mengklaim perkembangan AI di Tanah Air lebih bagus dari Asia Tenggara  meskipun dalam level tertentu.

“Perkembangan AI di Indonesia sudah bagus jika dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Kalau berdasarkan data dari IDC sudah sebesar 24,6 persen,” demikian sambutan  Ketua Umum ABDI, Rudi Rusdiah.

Saat ini, terapan AI di Indonesia lebih banyak dimanfaatkan di sektor keuangan dan bisnis saja. Padahal, pemanfaatan AI bisa jauh lebih luas yang akan sangat membantu di berbagai bidang guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Misalnya pemanfaatan AI di sektor e-commerce dan ekonomi digital, sektor logistik seperti Gojek, kemudian di sektor Perbankan dan finansial. “Mereka semua mengimplementasikan AI untuk memenangkan persaingan usaha,” kata Rudi.

Masalah lainnya adalah implementasi AI di Indonesia masih belum merata. Contohnya di sektor kesehatan yang kini sudah jauh lebih advanced menggunakan revolusi industri 4.0 lewat teknologi Cloud, Big Data, Analytics, IoT, hingga robotik dan komputerisasi.

“Di bidang kesehatan pemanfaatan AI dan Big Data ini bisa dimanfaatkan dalam riset kesehatan, pembuatan obat, serta deteksi dan pencegahan penyakit. Harus ditingkatkan untuk pembuatan obat juga misalnya. Walaupun riset sudah banyak namun untuk implementasinya masih kurang,” ujarnya.

Pada kesempatan berbeda, Rudi juga menyampaikan, mengenai isu-isu strategis yang dibahas, antara lain RegTech (Regulatory Technology) menjadi isu strategis terutama didunia Financial dan Monetory Perbankan, karena dengan semakin gencarnya Digital Transformasi dan Disrupsi di dunia Financial Perbankan, maka dunia Cybercrime juga ikut meningkatkan kemampuan para hackers dan crackers untuk melakukan penetrasi, fraud dan lainnya, sehingga regulator juga harus meningkatkan kemampuan di teknologi regulasi dan data governance, meliputi KYC, AML, Perlindungan Data Privacy dan Proteksi Data Entreprise.

AI dan Cybersecurity

Sementara itu, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian, mengatakan pemerintah akan selalu mendukung upaya kolaborasi dengan multi stakeholder guna memberikan pertukaran informasi dan sharing knowledge terkait dengan keamanan ruang siber (cyberspace) nasional. Salah satunya adalah implementasi AI dan Big Data terkait deteksi ancaman siber di Indonesia.

“Kolaborasi dari setiap pihak diperlukan. Kolaborasi dan sinergi dari kalangan akademisi, kalangan bisnis, pemerintah, asosiasi, dan komunitas bisa diwujudkan melalui forum-forum dan kegiatan seperti ini,” kata Hinsa saat membuka DataSecureAI 2020.

Salah satu implementasi AI oleh BSSN adalah melalui Big Data dan Analytics di dalam operasional Indonesia Honeynet Project (IHP). Di situ, kata Hinsa, AI digunakan untuk “mendeteksi malware dan segala anomali terkait serangan siber yang masuk ke Indonesia”.

Rudi memuji langkah BSSN yang telah menggunakan big data dalam level yang lebih lanjut di bidang cybersecurity. BSSN, menerapkan  big data dengan sangat baik sehingga harus menjadi contoh bagi lembaga lain dalam mencapai efisiensi dan efektivitas.

“Deteksi (serangan siber) itu bisa menggunakan bigdata. Menyelidiki serangan melalui algoritma yang diajarkan untuk mendeteksi seperti apa serangan yang mungkin hadir di ranah siber. Jadi deteksi ini belajar dari serangan-serangan yang terjadi sebelumnya sehingga AI akan lebih cepat belajar dan memberitahukannya.

 

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.